Saatnya New Normal, After covid 19


        saatnya new normal after covid 19


 Pendahuluan

New normal adalah perubahan  perilaku atau  kebiasaan untuk tetap menjalankan aktivitas seperti biasa namun selalu menerapkan protokol kesehatan di tengah pandemi covid 19.  hal ini mendorong kita untuk lebih gencar dalam menerapkan langkah pencegahan dasar covid-19 seperti mencuci tangan dengan sabun atau dengan menggunakan hand sanitizer, tidak menyentuh wajah dengan tangan yang belum dicuci, menerapkan phsycal distancing , serta mengenakan masker dalam aktivitas, terutama di tempat umum titik tentu saja Normal atau yang disebut dengan New membawa pengaruh bagi masyarakat desa gunem pada umumnya dan RT 5 RW 2 pada khususnya. keberadaan Satgas yang tanggap membawa  mengatur gerakan yang cukup mencengangkan. adapun yang tergabung dalam satgas  desaku meliputi: Pak Rasub, Pak Effendi dan beberapa relawan lainnya.  

Adapun program covid-19  penyemprotan desinfektan, pembagian masker dan aksi sosial lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam menanggapi newnom ini  suasana di setiap rumah kami tersedia tempat cuci tangan di masing-masing rumah; menggunakan masker di setiap aktivitas dan kegiatan sosial pun seperti tahlilan, ibu-ibu arisan, hajatan, hingga upacara kematian diterapkan protokol kesehatan pemerintah , seperti physical distancing, memakai masker hingga mencuci tangan menggunakan sabun. berbeda dengan masyarakat yang hidup di kota yang harus diliburkan anne-marie pekerjaan. masyarakat desa tetap bekerja karena itu merupakan satu-satunya sumber kehidupan mereka. Adapun mereka bekerja sebagai petani , pedagang, wirausaha, dan lain-lain. menanggapi bencana ini pemerintah pun tidak tinggal diam dan ikut berpartisipasi untuk memberikan bantuan kepada masyarakat, diantaranya bantuan sembako, listrik gratis 450 VA,  dan 900 VA  subsidi, program keluarga harapan (PKH),dll. 

Guna mengurangi kasus covid-19 tata cara atau kegiatan pendidikan dan pembelajaran anak-anak sekolah yang berlangsung di desa gunem menerapkan sistem online. meski online tetapi di setiap tingkatan mengalami perbedaan. untuk TK seminggu sekali guru datang ke rumah untuk memberi tugas dan mengambil tugas seminggu sebelumnya , di tingkat SD belajar dengan online, diselingi masuk ke sekolah seminggu 3 kali begitu pula dengan SMP yang memiliki sistem seperti SD namun baik dari tingkat TK,SD,maupun SMP sebagian tugas dikerjakan dengan sistem online hanya saja datang ke sekolah untuk memudahkan memahami tugas. Berbeda dengan SMA dengan menerapkan sistem online secara full.

 Berbeda dengan ibadah yang tidak mungkin secara online. maka, pemerintah Desa guna memberikan fasilitas tempat ibadah yang sesuai dengan protokol kesehatan . Bahkan memberikan himbauan lebih utama beribadah dari rumah. Pemerintah  melalui gerakan yang dikenal dengan 4 M :mencuci tangan dengan sabun, memakai masker bagi jamaah ,menjaga jarak, dan menghindari kerumunan, dan apabila melanggar diberikan sanksi teguran, pembinaan sosial, sanksi fisik berupa membersihkan fasilitas umum, dan denda sebesar Rp 250.000,-.

⚪Fenomena adaptasi kebiasaan baru

Untuk fenomena yang terjadi di tengah-tengah masyarakat desa gunem tentu saja terjadi perubahan sosial.sebelum pandemi masyarakat di sanggulan sangat jarang menggunakan masker, tidak menjaga jarak, dan bahkan istirahat yang kurang dan malas untuk berolahraga.

 Tetapi setelah datangnya pandemi tersebut masyarakat menjadi hidup bersih dan sehat.Mulai dari rutin cuci tangan pakai sabun, selalu menggunakan masker, selalu menjaga jarak, istirahat cukup dan rajin berolahraga tentu saja sebagai seorang muslim kita wajib meyakini setiap ada cobaan pasti selalu ada hikmah dibaliknya.

Hal ini pun berhubungan erat sebagaimana hadits mengatakan:

اَلنَّظَافَةُ مِنَ الْإِيْمَانِ


“Kebersihan sebagian dari iman.” (HR. Al-Tirmidzi)

Dengan adanya cobaan pandemi ini, mengingatkan kita agar senantiasa menjaga kebersihan. Dan hikmah dibaliknya juga insya Allah meminimalisir terjadinya rumpi/ghibah yang tidak diperbolehkan oleh agama. Karena harus menjaga jarak dan menghindari kerumunan.

Padahal dalam agama menyebutkan bahwa :


وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ


“Dan janganlah kalian saling menggunjing. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Hujurat: 12).

Semoga lisan kita senantiasa terjaga..Aamiin

3.hal ini pun berdampak pada teknologi, yang mana teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kita harus mampu beradaptasi agar tidak tertinggal dengan generasi baru dan dengan adanya pandemi ini, tekhnologi berbondong-bondong untuk terus dimanfaatkan secara maksimal dalam penggunaannya. Dan tentunya mengambil peran besar, contohnya nya jar saja di rumah dengan sistem daring dengan memanfaatkan sebuah aplikasi atau web. Seperti WhatsApp, telegram,zoom, google meet,dll. Sehingga terciptanya pemaksimalan tekhnologi atau peningkatan mutu teknologi terus diperbaiki.

⚪Permasalahan sosial dalam adaptasi kebiasaan baru.

1.Tradisi silaturahmi, jabat tangan, cangkruk, dan angkringan bertolak-belakang dengan adaptasi kebiasaan baru. Dengan adanya kebiasaan baru, terjadilah pengurangan aktivitas seperti diatas dengan tujuan untuk mencegah penularan covid-19.

2.Stay at home, work from home, social distancing, dan physical distancing tidak cocok bagi warga yang tidak memiliki tabungan . Bagi warga yang tidak memiliki tabungan, merasakan kebingungan dalam menjalani kehidupan. Maka diambil jalan tetap bekerja guna mempertahankan hidup,dengan menjadi petani,pedagang dengan tetap berusaha menjalankan protokol kesehatan pemerintah semampunya.

3.Adaptasi kebiasaan baru yang tidak mematuhi protokol kesehatan cenderung berdampak meningkatkan kasus Covid-19. Hal ini sempat terjadi di Desa Gunem yang mana mengalami beberapa kasus akibat dari kurangnya rasa peduli terhadap protokol kesehatan pemerintah. Tapi, Alhamdulillah orang tersebut sembuh dan desa Gunem kembali menjadi zona hijau.

B.3.  Strategi adaptasi kebiasaan baru

Strategi adaptasi baru yang dimaksud adalah sebuah respon masyarakat terhadap perubahan perilaku keseharian untuk tetap disiplin menggunakan protokol kesehatan. Contoh dari respon strategi adaptasi kebiasaan baru diantaranya; menciptakan ketahanan pangan desa, menerbitkan sanksi sosial, melakukan belanja dengan online, dan melibatkan partisipasi masyarakat untuk menjadi teladan. Berikut ini adalah contoh indikator strategi adaptasi kebiasaan baru yang dapat kalian kembangkan dalam sebuah tulisan.

1.Mencipatakan ketahanan pangan dan ekonomi melalui desa. Pemerintah desa berusaha keras untuk tetap menghidupi masyarakat nya dengan cara memberikan bantuan sumbangan yang berasal dari dana alokasi desa. Dan memperbolehkan petani untuk tetap bercocok tanam guna mensuplai kebutuhan pangan warganya.

2.Sanksi sosial terlihat melalui olokan, ejakan, sindirian atau bahkan pengucilan terhadap anggota masyarakat yang melanggar. Terhadap yang melanggar biasanya pemerintah desa melalui KPAD nya berusaha mengingatkan,jika tidak maka biasanya berusaha untuk disindir,diejek dll. Guna membuat orang tersebut malu dan mau berubah.

3.Belanja online atau mencari toko yang tidak terlalu padat pembeli. Dari pengalaman diri sendiri, untuk keluar jika memang tidak terlalu penting mending tidak keluar. Dan bahkan membuka akun shoope untuk memenuhi kebutuhan,tetapi terkadang hati nurani untuk membantu saudara muncul guna meningkatkan perekonomian ummat. Maka membeli di tetangga tetapi juga memperhatikan protokol kesehatan pemerintah dan menunggu sampai tempat itu sepi.

4.Keterlibatan orang tua, saudara, dan tokoh masyarakat/ tokoh kelompok menjadi sebuah teladan dan penganjur atau  peran-peran model (role-models). Dari orang tua sendiri selalu mendukung bahkan selalu menuntut agar taat terhadap protokol kesehatan pemerintah. Dan berusaha meminta kita untuk mengingatkan setidaknya saudara kita agar peduli terhadap kesehatan. Melalui postingan kita,sehingga kita bisa memberikan edukasi kepada sekitar. Dan berusaha untuk tidak menyebar kabar hoax agar tidak terciptanya raga khawatir.

Penutup

Memulai Kebiasaan Baru

Apakah kita mau terus hidup dengan pembatasan? Tinggal di rumah terus? Sudah pasti jawabannya: Tidak. Tentunya, kita ingin kembali bisa bekerja, belajar, dan bersosialisasi atau aktivitas lainnya agar dapat produktif di era pandemi. Hal ini bisa dilakukan kalau kita beradaptasi dengan kebiasaan baru yaitu disiplin hidup sehat dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Kebiasaan baru untuk hidup lebih sehat harus terus menerus dilakukan di masyarakat dan setiap individu, sehingga menjadi norma sosial dan norma individu baru dalam kehidupan sehari hari.

Bila kebiasaan baru tidak dilakukan secara disiplin atau hanya dilakukan oleh sekelompok orang saja, maka hal ini bisa menjadi ancaman wabah gelombang kedua. Kebiasaan lama yang sering dilakukan, seperti bersalaman, cipika-cipiki, cium tangan, berkerumun/ bergerombol, malas cuci tangan harus mulai ditinggalkan karena mendukung penularan Covid-19.

Dimana dan Apa?

Kita dituntut untuk mampu mengadaptasi/ menyesuaikan kebiasaan baru dimanapun kita berada, seperti di rumah, di kantor, di sekolah, di tempat ibadah, dan juga di tempat-tempat umum, seperti terminal, pasar, dan mal. Diharapkan dengan seringnya menerapkan kebiasaan baru dimanapun, semakin mudah dan cepat menjadi norma individu dan norma masyarakat.

Dengan demikian, kita bisa bekerja, belajar, beribadah dan beraktivitas lainnya dengan aman, sehat dan produktif. Adaptasi kebiasaan baru yang dimaksud adalah:

1.sering cuci tangan pakai sabun
2.pakai masker
3.jaga jarak
4.istirahat cukup dan rajin olahraga
5.makan makanan bergizi seimbang
6.Inilah pesan kunci yang perlu dilakukan secara disiplin, baik secara individu maupun kolektif agar tujuan yang dimaksud dapat tercapai.

Saatnya menjadi pelopor adaptasi kebiasaan baru.

Penulis Arisa Triana Waluyo Ningsih
 Siswa SMA NEGERI 1 PAMOTAN 
Kelas 12 IPS 5 
saat ini tinggal di Desa Gunem
 Hubungi email penulis: arisamahar@gmail.com


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antara aku dan covid-19