Momen peringatan HUT RI ke 75

17 Agustus 1945 merupakan bersejarah yang tak pernah dilupakan oleh bangsa Indonesia. Momen ketika bendera merah putih mulai dikibarkan di depan khalayak ramai. Momen ketika Bung Karno mengucapkan sumpah kemerdekaan . Momen dimana kita berusaha lepas dari perbudak bangsa tak memiliki rasa kemanusiaan. Dan jalan Pegangsaan timur no. 56 menjadi saksi bisu perjalanan sejarah bagi Indonesia. Tempat dimana Indonesia menyerukan kepada pada dunia pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka. Bung Karno membacakan proklamasi,ditemani oleh seorang yang tidak kalah luar biasanya Bung Hatta.

Mulai hari tersebut dan bahkan detik itu kita merasa bahwa bangsa kita sudah merdeka. Tugas sebagai warga menjaga kedaulatan NKRI ini agar tidak dikuasai oleh bangsa lain. Negara yang memiliki Sumber daya alam yang melimpah menjadi daya tarik negara lain untuk menguasai Indonesia.Setiap bangsa yang pernah dijajah oleh bangsa lain tidak pernah melupakan hari atau tanggal Proklamasi Kemerdekaan bangsanya. Sebab, itulah hari yang paling penting dalam sejarah bangsa dan negaranya. Ini kurang lebih sama dengan hari ulang tahun setiap anak manusia. Untuk itu setiap tahunnya wajib diperingati dan dijadikan momentum untuk ajang muhasabah,berusaha mengingat perjuangan para pahlawan yang memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia.

Namun,lambat laun para kaum muda justru terlalu sibuk dengan dunia dan mulai lunturnya semangat mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Bahkan sebagian orang tidak mengetahui cikal bakal bangsa ini dimerdekakan. Banyak yang mengaku beralasan tidak sekolah,tapi mirisnya banyak yang sekolah tapi hanya ajang formalitas. Dia datang namun tidak mendapatkan apa-apa. Sekolah pada masa penjajah memang sangat diimpikan dan tidak semua orang bisa sekolah,tapi untuk saat ini bukan karena tidak bisa melainkan tidak mau. Mereka terlalu sibuk dengan penampilan bahkan terkadang tak jarang yang sibuk mempermalukan dirinya didepan kamera dengan joget-joget lagaknya tak punya harga diri. Sadarlah bahwa para pahlawan dulu memperjuangkan kemerdekaan dengan perih keringat, dan nyawa yang menjadi taruhan.

Kini saatnya kita banggakan para pahlawan agar mereka tersenyum melihat kita menghargai jasanya. Tak perlu kita memberi mereka uang,mereka tidak membutuhkan itu. Yang mereka inginkan hanyalah kita menghargai jasa para pahlawan dengan memperingatinya di setiap tahunnya. Mengibarkan bendera merah putih yang dilengkapi dengan lomba-lomba menarik disetiap momentum nya. Tetapi setelah pandemi ini semua tertohok dan berubah menjadi hal yang memilukan. Dimulai dari tidak adanya upacara peringatan HUT RI dengan alunan cantik pasukan Paskibraka, kecuali di istana negara. Begitu pun dengan lomba-lombanya,harus tiadakan karena alasan pandemi.

Hanya terjejer rapi disetiap jalan lambaian kain berwarna merah putih. Tanpa mengurangi rasa hormat yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, kumenangis di balik renungan langit gelap. Melihat album kusam yang penuh dengan kenangan masalalu. Ada secarik kertas dan berisikan foto mengibarkan sang pusaka. Itu hanya masalalu,dan aku hanya bisa berdiam diri sembari berdoa kepada Tuhan Robb ini cepatlah ambil musibah ini. Namun,semua terasa membekas di hati bahwa peringatan HUT RI tahun ini aku hanya sebagai generasi rebahan.


Ditulis oleh:Arisa Triana Waluyo Ningsih
Kelas :12 IPS 5
Berasal dari SMA NEGERI 1 PAMOTAN
Email penulis: arisamahar@gmail.com


 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antara aku dan covid-19

Saatnya New Normal, After covid 19